Banyak guru yang salah memotivasi siswa dalam menghadapi UNAS (Ujian Nasional). Sampai-sampai “membinatangkan” siswa
>> Monday, 16 March 2009
Hidayatullah. com—Banyak orangtua dan guru salah memotivasi para siswa. Bahkan tidak memanusiakan mereka. Demikian peryataan trainer dan konsultan pendidikan, Muhammad Fauzil Adhim mengawali seminar merancang motivasi siswa di Gedung Diknas
There is no instant motivation (tidak ada motivasi yang cepat), yang dapat meng-install otak siswa, ujar Fauzil Adhim mengawali acara yang dihadiri sekitar 200 peserta itu.
Menurutnya perilaku instan hanya berlaku untuk mie atau makan siap saji, sedangkan memotivasi siswa diperlukan waktu yang kontinu dan trik khusus. Tidak asal memotivasi. Salah satunya, sinkronisasi isi dan gesture dalam memotivasi. Sebab, menurutnya komunikasi 80 persen dipengaruhi oleh gerak tubuh atau gesture.
“Bayangkan, jika Anda memotivasi, dengan suara rendah serta tanpa gesture, tentunya sangat membosankan bagi siswa” ujar Fauzil dengan suara lantang.
Dalam acara yang diselengarakan oleh Majalah Hidayatullah ini, penulis buku-buku parenting ini mengatakan bahwa banyak guru yang salah dalam memberi motivasi pada siswa. Sehingga yang terjadi bukannya murid berubah, malah sebaliknya siswa tidak mengalami perubahan signifikan. Dalam kasus UNAS, misalnya, guru sering memotivasi siswa dengan cara menjadikan UNAS sebagai “monster”.
UNAS dijadikan sebagai tolok ukur kesuksesan dan segalannya bagi siswa. Sehingga, guru mem-pressure siswa untuk belajar dengan sangat keras hanya untuk nilai. Hal ini, menurut Fauzil tidak akan membuat siswa semangat menghadapi ujian, justru akan takut.
Selain itu, waktu siswa hanya terporsir untuk belajar dan belajar tidak ada waktu untuk refresing. Beda halnya jika memotivasi dengan merubah paradigma siswa. “Jadikan UNAS sebagai ajang untuk berprestasi bukan untuk ditakuti,”tuturnya. Fauzil menyayangkan, banyak guru atau orang tua siswa yang mengkarantina siswanya , setiap waktu mendekati UNAS dengan menyuruhnya belajar dan belajar sehingga menyita waktu refresing dan lainnya.
“Bedakan, antara siswa dan binatang, jika hewan dikarantina, sedangkan siswa tidak,” ujarnya.
Selain masalah UNAS, menurut Fauzil, guru juga sering merusak motivasi intrinsik (intrinsic motivation) siswa. Guru sering memotivasi siswa dengan memuji. Atau menyuruh anak berprestasi karena bakal mendapat tepuk tangan dan pujian, memperoleh masa depan yang cerah atau menjadi orang hebat. Padahal, menurutnya bentuk motivasi itu hanya akan menjadikan siswa menjadi riya dan sum’ah. Selain merusak, motivasi itu tidak permanent dan berbahaya. Sebab, bisa merapuhkan mental siswa. [ans/www.hidayatullah. com]
0 comments:
Post a Comment