Pakta Kejujuran UNAS 2009
>> Wednesday, 18 February 2009
Unas 2009 sudah didepan mata, sekolah-sekolah di Indonesia mulai tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas mulai mempersiapkan diri mengahadapi UNAS tersebut. Waktu belajarpun ditambah, sehingga jam kepulangan siswa pun tambah siang. Sebagian siswa setelah pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah, mereka langsung pergi ke tempat les semacam SSC, primagama, technos dan lainnya. Semuanya merasa jika gagal di UNAS maka gagal semuanya.
Anggapan bahwa UNAS adalah segalanya, menurut saya sangat membahayakan bagi ranah pendidikan di Indonesia. ini berakibat bahwa segala upaya dalam proses pembelajaran tujuannya adalah hanya untuk persiapan UNAS. Bahkan beberapa orang tua 'tidak percaya' dengan bimbingan di sekolah. Mereka lebih Pede mengikutkan putra-putrinya untuk mengikuti bimbingan belajar. mereka beranggapan bahwa pelajaran yang diajarkan disekolah hanya sebatas teori, tidak sampai ke tehnis artinya sekolah belum menemukan tehnik-tehnik jitu dalam menjawab soal-soal UNAS, tidak seperti lembaga bembel. hee.hee. wah bahaya ini.
Repotnya lagi kalau para guru tidak mempersiapkan siswanya secara serius dalam setiap pembelajaran. gara-gara siswa-siswanya sudah banyak mengikuti bimbel. atau sebaliknya para guru terlalu serius dan mati-matian untuk mempersiapkan siswanya agar lulus UNAS, sehingga kadang melupakan ranah pendidikan yang lain, psikomotor dan afektifnya di abaikan, kadang juga terlalu banyak memberikan tugas atau tryout, sampai hari minggu pun siswa harus masuk untuk belajar dan persiapan UNAS. luar biasa.......
Fenomena seperti di atas , saya pikir wajar. Sebagai usaha manusia untuk mencapai apa yang diinginkan. yang tidak wajar adalah kalau guru bertindak curang saat UNAS, mereka menghalalkan segala cara dengan berbagai trik agar siswa lulus UNAS dengan nilai baik dan bahkan terbaik, sehingga secara tidak langsung mengharumkan nama sekolah. waa...waah naif ya.
Karena itu usaha Bupati Bojonegoro (Bapak Soyoto) mengajak Kepala Diknas dan semua guru di wilayah Bojonegoro untuk berjanji bersama dalam sebuah Pakta Kejujuran, agar penyelenggaraan UNAS berjalan lancar dan jujur patut diacungi jempol, meskipun resiko sangat besar. (Drs Sapuwan. milis KGI). Usaha seperti ini layak mendapat apresiasi, tapi sayang pejabat seperti Soyoto tidak banyak.
Saya berkeyakinan jika semua Gubernur dan Bupati berani mengadakan pakta kejujuran di wilayah masing-masing, maka kualitas pendidikan Indonesia akan meningkat dan bermutu, karena seluruh komponen pendidikan sadar, bahwa untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas harus disiapkan, diplanning dan dicontrol dengan baik, bukan dengan cara instan dan curang seperti selama ini.
Wallohu A'alam Bishhowab